"Ada kemungkinan untuk mencari mitra lain, tapi kami tidak ingin mengakhiri pembicaraan dengan KPC," kata kementerian minyak dan gas Dirjen Evita Herawati Legowo di Jakarta.
Perusahaan Kuwait mungkin menarik diri dari proyek perluasan Balongan karena tidak semua insentif yang diusulkan oleh perusahaan diberikan oleh Departemen Keuangan.
Meskipun masalah insentif, Evita mengatakan ia berharap banyak pada proyek ekspansi bisa diamankan tahun ini sehingga kilang bisa mulai beroperasi komersial pada 2017, sesuai dengan jadwal.
Dengan investasi KPC, sebuah kilang baru akan didirikan di kompleks kilang saat ini yang akan meningkatkan kapasitas Balongan itu dari saat ini 200.000 barel per hari (bph) menjadi 325.000 bph.
"Ada beberapa perusahaan yang telah datang kepada kami untuk menyatakan minat mereka dalam mendapatkan terlibat dalam proyek jika membatalkan KPC," katanya, namun menolak menyebutkan nama perusahaan.
KPC telah mengusulkan agar Departemen Keuangan memberikan insentif itu beberapa tambahan, termasuk bea impor melambai. Namun, badan kebijakan fiskal kementerian menolak beberapa permintaan, mengatakan bahwa beberapa insentif yang diusulkan realistis.
Badan itu mengatakan Pertamina harus mencari mitra investasi yang tidak terlalu besar seperti KPC, seperti Saudi Aramco di Asia Perseroan Terbatas (SAAC).
Pertamina dan Saudi Aramco telah sepakat untuk membangun kilang dengan kapasitas total 300.000 barel per hari dan senyawa petrokimia.
Pertamina Mochamad Harun juru bicara menegaskan bahwa Departemen Keuangan telah menolak beberapa insentif yang diusulkan oleh KPC, namun ia tidak mengetahui rincian.
"Kami masih mendiskusikan kemajuan dengan KPC dan kami tidak memiliki rencana untuk mencari mitra lain belum,"
katanya.
Pertamina dan KPC menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk proyek perluasan kilang Balongan pada 19 Agustus tahun lalu. MoU mengatakan kedua perusahaan akan bekerjasama dalam melakukan studi kelayakan dan semua minyak mentah diproses di kilang akan datang dari Kuwait.
Evita mengatakan bahwa untuk mengejar ketinggalan dengan permintaan untuk minyak bahan bakar berbasis di masa depan, Indonesia perlu membangun sedikitnya tiga kilang. Selain Balongan dan Tuban, kilang lain direncanakan akan dibangun di Banten.
Untuk kilang Tuban, 250.000 barel per hari dari pasokan minyak mentah akan diambil dari SAAC berdasarkan kontrak jangka panjang, sedangkan sisanya 50.000 barel per hari akan datang dari pemasok lain. Nilai proyek ini diperkirakan mencapai US $ 9 miliar.
Pertamina saat ini mengoperasikan enam kilang dengan kapasitas gabungan dari 1,03 juta barel per hari, tetapi mereka hanya memproduksi 677.000 barel per hari produk BBM. Kilang terletak di Dumai, Riau, dengan kapasitas 170.000 bph, Plaju di Sumatra Selatan (118.000 bph), Cilacap di Jawa Tengah (348.000 bph), Balikpapan di Kalimantan Timur (260.000 bph), Balongan di Jawa Barat (125.000 bph ) dan Kasim di Papua Barat (10.000 bph).
"Ada beberapa perusahaan yang telah datang kepada kami untuk menyatakan minat mereka dalam mendapatkan terlibat dalam proyek jika membatalkan KPC," katanya, namun menolak menyebutkan nama perusahaan.
KPC telah mengusulkan agar Departemen Keuangan memberikan insentif itu beberapa tambahan, termasuk bea impor melambai. Namun, badan kebijakan fiskal kementerian menolak beberapa permintaan, mengatakan bahwa beberapa insentif yang diusulkan realistis.
Badan itu mengatakan Pertamina harus mencari mitra investasi yang tidak terlalu besar seperti KPC, seperti Saudi Aramco di Asia Perseroan Terbatas (SAAC).
Pertamina dan Saudi Aramco telah sepakat untuk membangun kilang dengan kapasitas total 300.000 barel per hari dan senyawa petrokimia.
Pertamina Mochamad Harun juru bicara menegaskan bahwa Departemen Keuangan telah menolak beberapa insentif yang diusulkan oleh KPC, namun ia tidak mengetahui rincian.
"Kami masih mendiskusikan kemajuan dengan KPC dan kami tidak memiliki rencana untuk mencari mitra lain belum,"
katanya.
Pertamina dan KPC menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk proyek perluasan kilang Balongan pada 19 Agustus tahun lalu. MoU mengatakan kedua perusahaan akan bekerjasama dalam melakukan studi kelayakan dan semua minyak mentah diproses di kilang akan datang dari Kuwait.
Evita mengatakan bahwa untuk mengejar ketinggalan dengan permintaan untuk minyak bahan bakar berbasis di masa depan, Indonesia perlu membangun sedikitnya tiga kilang. Selain Balongan dan Tuban, kilang lain direncanakan akan dibangun di Banten.
Untuk kilang Tuban, 250.000 barel per hari dari pasokan minyak mentah akan diambil dari SAAC berdasarkan kontrak jangka panjang, sedangkan sisanya 50.000 barel per hari akan datang dari pemasok lain. Nilai proyek ini diperkirakan mencapai US $ 9 miliar.
Pertamina saat ini mengoperasikan enam kilang dengan kapasitas gabungan dari 1,03 juta barel per hari, tetapi mereka hanya memproduksi 677.000 barel per hari produk BBM. Kilang terletak di Dumai, Riau, dengan kapasitas 170.000 bph, Plaju di Sumatra Selatan (118.000 bph), Cilacap di Jawa Tengah (348.000 bph), Balikpapan di Kalimantan Timur (260.000 bph), Balongan di Jawa Barat (125.000 bph ) dan Kasim di Papua Barat (10.000 bph).
No comments:
Post a Comment